Budaya Ribet

Hari ini berasa capek sekali, pasalnya menjelang jam istirahat tadi harus meluncur ke sekolah Alif mengurus surat keterangan diterima di sekolahnya yang baru untuk kemudian diserahkan ke Dinas pendidikan untuk mendapatkan validasi. Kenapa berasa capek? selain karena siang ini mentari terik sekali juga karena berasa dikerjain.

Cerita bermula saat kami memutuskan untuk memindahkan sekolah Alif ke tempat yang lebih dekat dengan rumah. Lalu dimulailah proses itu, mula2 kami menemui Kepala Sekolah tujuan untuk menanyakan persyaratan pindah kesana, masih menerima murid barukah, dan tetek bengek lainnya. Acc dari sekolah tujuan, saat kenaikan kelas kami menuju sekolah asal untuk meminta surat keterangan pindah dan kelengkapan lainnya seperti rapor, Kartu NISN, dsb. Surat keterangan itu kemudian kami bawa plus acara nyasar ke UPT Dinas pendidikan Kecamatan untuk di validasi (fotocopy dulu 3x baru distempel??), hasil validasi tersebut kemudian dibawa ke Dinas Pendidikan untuk divalidasi kembali dan mendapatkan tanda bukti pengajuan mutasi siswa.

Belajar Memandang dari Kacamata Orang Lain

Pagi tadi hampir membuat status yang berisi makian, Alhamdulillah terselamatkan oleh koneksi internet yang down.. Pasalnya setelah ditimbang2 kok rasanya tidak cukup berharga dibanding noda di hati akibat memaki. Menuruti amarah itu tidak pernah berbuah baik, memang yang paling baik jangan berbuat apa2 saat marah, toh diam tidak berarti kalah. Tak sampai selang sejam, rasa gondok yang tadinya memuncak hampir hilang tidak bersisa, kuncinya belajar memandang dari kacamata orang lain.. Semuanya menjadi dapat dimaklumi, bahkan pada akhirnya malah jadi jatuh kasihan..